Sabtu, 24 Desember 2011

Dioda semikonduktor


DIODA

Pendahuluan
            Dioda atau dioda semikonduktor (setengah penghantar) adalah komponen elektronika terbuat dari bahan yang bersifat antara isolator dan penghantar (konduktor). Bahan semi konduktor yang paling banyak digunakan di bidang elektronika yaitu germanium (Ge) dan silikon (Si). Diantara kedua jenis konduktor tersebut yang paling banyak digunakan adalah bahan silikon, karena bahan silikon lebih tahan terhadap panas dibandingkan dengan bahan germanium. Sifat-sifat dari bahan semikonduktor dapat diuraikan berdasarkan teori atom yang sederhana. Setiap atom memiliki inti atom (nucleus) dan elektron yang mengelilingi inti atom, dimana elektron ini bermuatan negatif dan inti atom sendiri terdiri dari proton yang bermuatan negatif atau netral demikian juga atom silikon, atom silicon mempunyai inti atom dan elektron yang mengelilingi inti atomnya dengan jumlah lintasan tertentu (gambar 1.1).lintasan pertama paling dekat dengan inti atom dikatakan lengkap apabila terdiri dari dua elektron, lintasan kedua akan lengkap apabila terdiri dari 18 elektron dan seterusnya,dimana jumlah elektron yang bergerak melalui lintasannya  berlaku rumus  : 2n2.
            Jika pada lintasan paling luar suatu atom mempunyai elektron yang tidak lengkap, elektron-elektron paling luar ini disebut elektron valensi. Dan sifat atom ini ditentukan oleh keadaan elektron valensinya tersebut.
            Apabila pada lintasan paling  luar atom tidak terisi lengkap elektron-elektron, seperti halnya didalam bahan semikonduktor, maka atom-atom akan saling berkombinasi dan bergabung sedemikian rupa secara kimia dan menjadikan elektron pada lintasan paling luar saling mengisi sehingga membuat keadaan atom stabil. Setiap elektron terikat pada selnya dengan adanya gaya keseimbangan antara gaya sentrifugal yang arahnya keluar dengan gaya tarik dari inti atom.
(+)        =          Inti Atom
(-)        =          Elektron
 


Atom silicon dengan distribusi muatannya
            Semakin dekat lintasan elektron dengan intinya, maka semakin kuat ikatan inti atom dengan dengan elektron pada lintasan tersebut. Akan tetapi bagi elektron yang memiliki jarak terjauh dari inti atom, ikatan antara inti atom dengan elektronnya pun menjadi paling lemah. Oleh karena itu pada temperatur kamar, elektron-elektron yang memiliki ikatan paling lemah tadi terlepas dari ikatannya dan dapat berpindah dari aton yang satu ke atom yang lainnya (untuk bahan suatu konduktor/penghantar). Elektron-elektron yang berpindah tersebut dinamakan free electron (elektron bebas) dan dengan pengaruh perbedaan potensial yang kecil pada Sebuah bahan konduktor, maka elektron bebas tadi akan ditarik menuju potensial positif sehingga akan terjadi arus elektron, yang menimbulkan terjadinya arus listrik.
            Akan tetapi pada sebuah isolator, elektron-elektron valensi terikat sangat kuat dengan intinya sehingga tidak terdapat elektron bebas. Oleh karena itu, dengan pemberian perbedaan potensial yang kecil pada bahan isolator, tidak akan ada elektron bebas menuju potensial positif, dan arus elektronpun tidak akan terjadi, artinya akan sulit untuk menghantar arus listrik pada bahan isolator tersebut. Namun pada perbedaan potensial yang sangat tinggi, maka akan terjadi pelepasan elektron-elektron secara paksa dari intinya menuju potensial positif dan menghasilkan arus elektron yang sangat kecil.
            Di dalam bahan semikonduktor seperti halnya atom silicon memiliki tiga buah llintasan elektron seperti pada gambar 1.1. banyaknya elektron-elektron yang berada pada kulit terluar suatu atom, menentukan valensi dari atom tersebut,. Dan elektron-elekton paling luar dinamakan elektron valensi.
            Bila atom silicon digambarkan menurut elektron valensinya, maka gambarnya dapat dilihat seperti di bawah ini.

Atom silicon dengan elektron valensinya
            Karena muatan atom yang netral selalu sebesar 0, maka muatan inti atom sebesar +4 yang diimbangi dengan muatan dari elektron sejumlah 4 buah, juga sebagai elektron valensi yang mengelilingi intinya tadi. Bahan setengah penghantar ini merupakan suatu kristal seperti gambar 1.3

Keterangan gambar :
( + )      =  inti atom
( - )       =  elektron valensi
O          =  ikatan kovalensi

 Gambar kristal dengan 2 dimensi

            Bahan kristal tersebut ikatan valensinya tidak begitu kuat satu sama lain sehingga dengan pemberian panas, terjadi energi yang cukup untuk memutuskan ikatan kovalensinya tadi. Dengan terputusnya ikatan kovalensi akibat pengaruh agitasi thermis (pemberian panas) tadi, maka elektron-elektron bebas sebagai penghantar. Bahan-bahan yang seperti ini disebut bahan semikonduktor (setengah penghantar).
            Pada bahan kristal tadi, selain panas photon pun dapat memberikan energi yang cukup untuk memutuskan ikatan kovalensi di dalam suatu  bahan semikonduktor.
            Apabila suatu photon mempunyai energi yang cukup, dan mengenai suatu elektron valensi, maka photon tersebut dapat melepaskan satu ikatan kovalen dan membebaskan satu elektron, sehingga terdapat satu tempat yang kosong pada tempat elektron yang baru dilepaskan tadi. Tempat kosong itu dinamakan hole dan dia bebas bergerak di dalam struktur kristal tersebut. Hole ini mempunyai muatan positif yang sama besar dengan muatan negatif elektron.
            Proses terbentuknya elektron bebas dan hole tersebut dinamakan generasi (generation) dan sebaliknya, jika suatu hole diisi oleh elektron bebas dinamakan rekombinasi (recombination) seperti yang terlihat pada gambar 1.4 berikut.

(-)  Elektron bebas                                                                               (-)  Elektron bebas
(a)  Proses generasi                                                                              (b)  Proses rekombinasi
Proses generasi dan rekombinasi
            Bahan semikonduktor di atas tadi disebut bahan semikonduktor murni (semikonduktor intrinsik).
            Pada prakteknya bahan semikonduktor ini biasanya terbuat dari bahan setengah penghantar dengan pengotoran bahan lain. Bahan pengotor (Impuritas) ini adalah atom yang mempunyai valensi 5 dan 3 seperti phosfor, antimon, arsenikum yang mempunyai valensi 5 sedangkan atom yang mempunyai valensi 3 adalah boron, alliminium, gallium, indium.
            Jika sejumlah kecil unsur yang mempunyai lima elektron valensi dimasukkan ke dalam bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium dengan derajat kemurnian yang tinggi maka, atom impuritas tidak akan dapat melakukan ikatan yang sempurna sebab empat dari kelima elektron valensinya akan masuk ke dalam ikatan-ikatan dengan germanium, tetapi elektron yang kelima akan tetap tertinggal/tidak terikat dalam ikatan kovalensi di dalam kristal tersebut, dan pada saat tertentu turut serta melangsungkan proses konduksi. Jadi disini kondisi dilakukan oleh muatan negatif atau impuritas/pengotor tadi disebut atom donor, yang menyediakan elektron.
            Adapun bentuk dari hasil pencampuran atom impuritas tersebut dengan bahan semikonduktor tadi, dapat dilukiskan seperti gambar di bawah ini.
                
Semikonduktor jenis N
            Lain halnya apabila silikon atau germanium yang mempunyai valensi empat dicampur dengan atom indium yang memiliki valensi tiga, maka atom impuritas tidak akan dapat melekukan ikatan yang sempurna sebab akan terdapat satu tempat kosong pada ikatan kovalensi. Tempat kosong tersebut dinamakan hole. Hole ini bebas bergerak di dalam kristal dan akan mengambil bagian dalam proses konduksi sebagai muatan positif. Bahan seperti ini dinamakan semikonduktor jenis P dan atom impuritasnya disebut sebagai acceptor (akseptor) dan digambarkan sebagai berikut.
                                                 
Semikonduktor jenis P
            Konduksi oleh  hole atau elektron dalam bahan-bahan semikonduktor P atau semikonduktor N dapat dijelaskan dengan jalur energi  dalam kristal. Dimana pada jalur energi yang rendah ketiadaan beberapa elektron dalam ikatan kovalensi pada bahan P akan menimbulkan tingkatan-tingkatan tak penuh (tak terisi). Karena jalurnya tidak penuh, maka jalur ini dapat dipandang sebagai jalur konduksi yang memberi kemungkinan elektron pindah dari hole ke hole atau dengan kata lain hole dapat berpindah dari atom satu ke atom yang lainnya dalam satu kristal tersebut.
            Demikian pula bahan N dimana elektron yang lebih atau elektron bebas dari atom donor mempunyai energi yang cukup tinggi sehingga dapat berpindah ke jalur koduksi yang beresensi lebih tinggi untuk memungkinkan berlangsungnya konduksi oleh elektron atau jenis N.
1.                  PN – Junction
Kristal tunggal dapat dibentuk dengan menghubungkan dua daerah P dan N seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.


Dioda Grown – Junction
            Kedua daerah ini dapat dibentuk dalam kristal dengan hasil penumbuhan (grown crystal) yaitu dengan memasukkan impuritas N ke dalam cairan dari mana kristal ditumbuhkan yang secara cepat dengan memasukkan impuritas P yang cukup banyak untuk mengalahkan pengaruh impuritas N dan akan menghasilkan konduksi P. Dengan demikian maka, sekarang terjadi junction antara P dan N yang kita sebut dengan nama Dioda grown junction.
            PN – Junction ini dapat juga dihasilkan dengan cara melelehkan bahan impuritas P pada kepingan bahan yang tipis atau mengendapkan uap bahan P di atas kepingan N tadi. Dengan mengawasi dan mengatur secara cermat proses pengerjaannya maka peralihan dari daerah N ke P dapat dibuat dengan tiba-tiba seperti terlihat hasilnya pada gambar berikut.

Dioda fused – Junction
Cara lain dalam pembentukan PN – junction ini dapat dijelaaskan seperti uraian di bawah ini.
            Sebelum dilakukan penyambungan, pada bahan N akan terdapat banyak elektron bebas yang mempunyai energi tinggi dan sedikit hole intrinsiknya, sedangkan pada bahan P terdapat banyak hole dan sedikit elektron intrinsiknya (akibat pembentukan pasangan oleh energi thermis).

Bahan N dan bahan P sebelum dipertemukan.
            Pada saat kedua permukaan bahan P dan N dipertemukan secara baik, maka akan terjadi difusi muatan menyebrangi bidang batas permukaannya. Artinya, untuk sementara gerakan-gerakan muatannya masih simpang siur secara sembarang dari bahan N, yaitu elektron bergerak menuju bahan P.
            Jadi di bawah pergerakan sembarang, akan terjadi total difusimuaatan yang melintasi bidang batas permukaannya tadi. Hal ini akan menempatkan lebih banyak elektron atau muatan negatif pada sisi bidang batas bahan P, dan mengakibatkan kekurangan elektron pada sisi bidang batas bahan N atau muatan positif pada sisi bahan N.
                                               
Bahan N dan bahan P setelah dipertemukan.
Atau setelah ada bidang batasnya.
            Dengan demikian terjadilah tegangan melintang pada daerah pengosongan muatan, pada sisi bahan P negatif terhadap sisi bahan N.
            Dalam hal ini, dengan adanya tegangan akan segera mengakibatkan komponen arus mengalir ke satu arah. Karena di daerah junction yang terisolir tidak ada arus total yang mengalir. Oleh kaarena itu dapat kita simpulkan bahwa arus difusi akibbat distribusi kembali muatan adalah sama besar, tetapi berlawanan arah dengan arus pergeseran ke satu arah akibat tegangan barrier. Juga dapat disimpulkan bahwa PN – Junction mempunyai sifat menyearahkan. Jika pada junction dipasangkan tegangan luar dengan apa yang dinamakan reverse bias voltage seperti gambar 1.11, dengan daerah P negatif, maka pembawa-pembawa muatan mayoritas pada masing-masing sisi akan di dorong lebih jauh ke arah luar junction. Dengan kata lain lapisan barrier akan menjadi lebih tebal. Yang masih tertinggal di daerah pengosongan hanyalah beberapa pembawa muatan minoritas saja yang timbul akibat pengaruh thermisyang merupakan penyebab timbulnya arus bocor i0  yang relatif kecil. Dengan demikian, dioda junction merupakan tahanan yang tinggi pada pemberian reverse bias voltage.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jika dioda junction diberi reverse bias voltage (tegangan panjar dengan arah berlawanan) maka dioda junction merupakan tahanan tinggi sehingga arus listrik tidak dapat melaluinya.

PN – Junction diberi Reverse Bias Voltage
            Jika tegangan luar dipasang dalam arah forward (Forward Bias Voltage/ tegangan arah maju) seperti pada gambar 1.12. dengan daerah P positif pembawa-0pembawa muatan dari masing-masing sisi akan bergerak memasuki daerah pengosongan dan menembus  junction. Dalam hal ini PN – Junction mempunyai tahanan rendah sehingga timbularus yang cukup besar, yang besarnya tergantung pada rapat pembawa, luas junction dan tegangan yang terpasang.

PN – Junction diberi forward bias


2.                  Simbol dan Konstruksi Dioda
Seperti sudah dijelaskan bahwa PN – Junction atau dioda junction mempunyai muatan positif dan muatan negatif. Muatan positif tersebut dinamakan anoda sedangkan muatan negatifnya dinamakan katoda. Oleh karena itu dioda ini mempunyai dua elektroda yaitu anoda dan katoda, dan simbolnya seperti gambar di bawah ini.

Simbol dioda semikonduktor
Anoda biasa disingkat dengan huruf A dan katoda disingkat dengan huruf K. Adapun beberapa gambar fisik dioda semikonduktor ini seperti yang diperlihatkan gambar berikut.
               
Adapun bentuk kontruksi sebuah dioda semikonduktordapat dilihat pada gambar berikut.

Konstruksi Dioda Semikonduktor
Kawat pennghubung A dinamakan anoda dan kawat penghubung K dinamakan katoda. Anoda ini bermuatan positif karena kawat penghubung A dihubungkan dengan daerah P sedangkan kawat penghubung K bermuatan negatif karena dihubungkan dengan daerah N. Oleh karena itu katoda sebagai sumber elektron sedangkan anoda berfungsi sebagai penghisap/penampung elektron dari katoda.
3.                  Cara Kerja Dioda Semikonduktor
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa pada saat dioda atau PN – Junction diberi tegangan forward bias, maka PN – Junction memiliki tahanan rendah, sedangkan jika PN – Junction diberi tegangan reverse bias, maka PN – Junction memiliki tahanan yang tinggi sekali.
Dari keterangan di atas, jelaslah bagi kita bahwa dioda dapat bekerja pada saat diberi tegangan forward bias, sedangkan pada saat diberi tegangan reverse bias, dioda tidak bekerja dalam artian tidak menghantarkan arus listrik.
4.                  Karakteristik Dioda Semikonduktor
Karakteristik dioda ini ialah grafik yang menggambarkan besarnya harga-harga arus anoda bila besarnya harga-harga tegangan anoda diubah-ubah. Seperti kita ketehui sebelumnya bahwa dioda (PN - Junction) diberi tegangan dengan hubungan arah maju, maka timbul arus maju. Dan sebaliknya apabila dioda diberi tegangan dengan hubungan arah mundur/balik maka akan timbul arus balik yang sangat kecil, maka dari itu arus balik dianggap tidak ada.
Berarti dapat dikatakan bahwa dioda adalah tahanan satu arah, karena dioda hanya dapat menghantarkan arus listrik dari anoda ke katoda. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa cara kerja dioda adalah sebagai berikut:
a)      Bila tegangan anoda nol terhadap katoda, maka anoda tidak menghisap elektron dari katoda. Sebenarnya ada beberapa elektron dengan kecepatan tinggi dapat mencapai anoda, dan eloran elektron ini menghasilkan arus listrik yang sangat kecil sekali, tidak terlihat pada ampere meter, sehingga dapat diabaikan.
b)      Bila tegangan anoda negatif terhadap katoda (tegangan dengan hubungan arah balik), maka akan timbul medan listrik yang arahnya menolak elektron, sehingga dioda tidak menghantarkan arus listrik.
c)      Bila tegangan anoda positif terhadap katoda (tegangan yang diberikan adalah arah maju), maka timbul medan listrik yang arahnya menghisap elektron, sehingga dioda menghantarkan arus listrik.

Kamis, 10 November 2011

 POWER SUPPLY / PENCATU DAYA LISTRIK

Secara garis besar, pencatu daya listrik dibagi menjadi dua macam, yaitu pencatu daya tak distabilkan dan pencatu daya distabilkan. Pencatu daya tak distabilkan dan Pencatu daya distabilkan.Pencatu daya tak distabilkan merupakan jenis pencatu daya yang paling sederhana. Pada pencatu daya jenis ini, tegangan maaupun arus keluaran dari pencatu daya tidak distabilkan, sehingga berubah-ubah sesuai keadaan tegangan masukan dan beban pada keluaran. Pencatu daya jenis ini biasanya digunakan pada peranti elektronika sederhana yang tidak sensitif akan perubahan tegangan. Pencatu jenis ini juga banyak digunakan pada penguat daya tinggi untuk mengkompensasi lonjakan tegangan keluaran pada penguat. Pencatu daya distabilkan, pencatu jenis ini menggunakan suatu mekanisme loloh balik untuk menstabilkan tegangan keluarannya, bebas dari variasi tegangan masukan, beban keluaran, maupun dengung. Ada dua jenis kalang yang digunakan untuk menstabilkan tegangan keluaran, antara lain:
  • Pencatu daya linier, merupakan jenis pencatu daya yang umum digunakan. Cara kerja dari pencatu daya ini adalah mengubah tegangan AC menjadi tegangan AC lain yang lebih kecil dengan bantuan Transformator. Tegangan ini kemudian disearahkan dengan menggunakan rangkaian penyearah tegangan, dan di bagian akhir ditambahkan kondensator sebagai penghalus tegangan sehingga tegangan DC yang dihasilkan oleh pencatu daya jenis ini tidak terlalu bergelombang. Selain menggunakan dioda sebagai penyearah, rangkaian lain dari jenis ini dapat menggunakan regulator tegangan linier sehingga tegangan yang dihasilkan lebih baik daripada rangkaian yang menggunakan dioda. Pencatu daya jenis ini biasanya dapat menghasilkan tegangan DC yang bervariasi antara 0 - 60 Volt dengan arus antara 0 - 10 Ampere.
  • Pencatu daya Sakelar, pencatu daya jenis ini menggunakan metode yang berbeda dengan pencatu daya linier. Pada jenis ini, tegangan AC yang masuk ke dalam rangkaian langsung disearahkan oleh rangkaian penyearah tanpa menggunakan bantuan transformer. Cara menyearahkan tegangan tersebut adalah dengan menggunakan frekuensi tinggi antara 10KHz hingga 1MHz, dimana frekuensi ini jauh lebih tinggi daripada frekuensi AC yang sekitar 50Hz.
Pada pencatu daya sakelar biasanya diberikan rangkaian umpan balik agar tegangan dan arus yang keluar dari rangkaian ini dapat dikontrol dengan baik.

Jumat, 21 Oktober 2011

RESISTOR





RESISTOR
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi atau menghambat arus listrik yang melewatinya dalam suatu rangkaian.
          Sesuai dengan nama dan kegunaanya maka resistor mempunyai sifat resistif (menghambat) yang umunya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohm di jelaskan bahwa resistansi akan berbanding terbalik dengan jumlah arus yang melaluinya. Maka untuk menyatakan besarnya resistansi dari sebuah resistor dinyatakan dalam satuan Ohm yang dilambangkan dengan simbol Ω (Omega). Untuk menggambarkanya dalam suatu rangkaian dilambangkan dengan huruf R, karena huruf  ini merupakan standart internasional yang sudah disepakati bersama untuk melambangkan sebuah komponen resistor dalam sebuah rangkaian.
Fungsi atau kegunaan resistor dalam rangkaian
  • Sebagai pembagi arus
  • Sebagai pembagi tegangan
  • Sebagai penurun tegangan
  • Sebagai penghambat arus listrik, dan lain-lain


1.      Macam-macam resistor

           Berdasarkan jenis bahan yang digunakan untuk membuatnya, resistor dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain resistor kawat, resistor arang,  resistor oksida logam, resistor film, resistor karbon, dan banyak lagi jenis lainya. Namun dalam praktek perdagangan di pasaran, resistor hanya di bedakan menjadi resistor tetap (fixed resistor) dan resistor tidak tetap (variable resistor)

1.1. Resistor tetap (Fixed resistor)  
          Resistor tetap adalah resistor yang nilai hambatanya tidak dapat dirubah-rubah dan besarnya sudah ditentukan oleh pabrik yang membuatnya. Ciri fisik untuk mengenali resistor jenis ini adalah bahan pembuat resistor berada di tengah, dan pada kedua ujungnya terdapat conducting metal, kemasan seperti inilah yang dinamakan dengan axial. Ukuran fisik resistor tetap bermacam-macam yaitu tergantung besarnya daya yang dimilikinya. Misalnya resistor tetap dengan daya 2 watt akan mempunyai bentuk fisik yang jauh lebih besar dari pada resistor yang mempunyai daya 1/4 watt.

 
        

Precision Wirewound Resistor   
Merupakan tipe resistor yang mempunyai tingkat keakuratan sangat tinggi yaitu sampai 0,005% dan TCR (Temperature Coeffisient of Resistance) sangat rendah. Sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai aplikasi DC yang membutuhkan tingkat keakuratan sangat tinggi. Namun jangan menggunakan tipe ini untuk aplikasi rf (radio frequency) karena resistor jenis ini mempunyai Q resonant frequency yang rendah. Contoh aplikasi yang menggunakan resistor ini adalah DC Measuring equipment dan Reference Resistor untuk Voltage Regulators dan Decoding Network.

- NIST Standard Resistor
NIST (Nasional Institute Standard of Technology) merupakan tipe resistor dengan keakuratan paling tinggi yaitu 0,001%, TCR yang rendah dan sangat stabil dibandingkan dengan Precision Wirewound Resistor. Komponen ini biasanya digunakan sebagai setandar didalam verifikasi keakuratan dari suatu alat ukur resistive.

- Power Wirewound Resistor
Biasanya resistor ini digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan daya yang sangat besar. Resistor jenis ini dapat mengatasi daya yang sangat besar dibandingkan jenis lain. Karena panas yang ditimbulkan cuup besar, biasanya resistor ini dilapisi dengan bahan seperti ceramic tube, ceramic rods, anodized aluminium, fiberglass mandels, dll.

- Fuse Resistor
Resistor jenis ini selain berfungsi sebagai penghambat arus juga sebagai sekering. Resistor jenis ini didesain sedemikian rupa sehingga bila ada arus yang sangat besar melaluinya, maka hambatanya menjadi tak terhingga.

- Carbon Composition
Resistor jenis ini merupakan resistor yang paling banyak di jumpai dipasaran, dan sangat mudah untuk mendapatkannya. Resistor ini mempunyai koefisien temperatur dengan batas 1000 ppm / derajat celcius. Selain itu resistor ini juga memiliki koefisien tegangan, dimana nilai hambatannya akan berubah ketika diberi tegangan. Semakin besar tegangan yang melewatinya maka akan semakin besar pula perubahannya. Voltage Rating dari resistor karbon ditentukan berdasarkan fisik, nilai, dan dayanya. Dan dalam pemasangan resistor ini harus hati-hati karena bisa salah dapat menimbulkan noise dimana noise ini tergantung pada nilai dan besar ukuranya.

- Carbon Film Resistor
Resistor jenis ini mempunyai karakteristik yang hampir saman dengan  resistor carbon composition, tetapi noise, koefisien tegangan, koefisien temperatur nilainya lebih rendah. Carbon Film Resistor dibuat dengan memotong batangan keramik yang panjang kemudian dicampur dengan material karbon. Frekuensi respon resistor ini jauh lebih bagus di bandingkan dengan wirewound dan jauh lebih bagus lagi dengan carbon composition. Diman wirewound akan menjadi suatu induktansi ketika frekuensinya rendah dan akan menjadi kapasitansi apabila frekuensinya tinggi. Dan untuk carbon composition hanya menjadi kapasitansi apabila dilalui oleh frekuensi tinggi dan rendah.

- Metal Film Resistor
Metal film resistor merupakan pilihan terbaik dari jenis carbon composition dan carbon film. Karena resistor ini lebih akurat dan tidak mempunyai koefisien tegangan, noise, dan koefisien temperatur yang lebih rendah. Tetapi resistor ini tidak sebagus jenis precision wirewound. Bahan dasar pembuat resistor ini adalah metal dan keramik, bahan ini mirip dengan bahan untuk membuat carbon film resistor.

- Foil Resistor
Resistor ini mempunyai karakteristik yang sama dengan resistor film. Kelebihan utamanya adalah pada tingkat kestabilan yang tinggi, TCR paling kecil, dan frekuensi respon yang tinggi. Selain kelebihan terdapat pula kelemahan yaitu nilai resistansi maksimum dari resistor ini lebih kecil dari pada resistor film. Resistor ini biasanya dipakai dalam strain gauge, dimana nilai strain dapat diukur berdasarkan perbahan resistansinya.

- Power Film Resistor
Material yang digunakan untuk membuat resistor ini sama dengan jenis metal film dan carbon film. Namun dengan karakteristik daya yang tinggi. Power film resistor mempunyai nilai yang lebih tinggi dan frekuensi respon yang lebih baik dibandingkan power wirewound resistor, dan biasanya resistor ini mempunyai nilai toleransi yang cukup besar

1.2 Resistor tidak tetap (Variable Resistor)
          Resistor tidak tetap adalah resistor yang mempunyai nilai resistansi yang dapat diubah2 sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Perubahannya dapat dilkaukan dengan cara memutar atau menggeser pengaturnya yang memang sudah disediakan, namun ada pula nilai perubahan resistansinya akan dipengaruhi oleh keadaan disekitarnya misalnya suhu, cahanya, suara, dll, sehingga dapat dijadikan sebagai sakelar otomatis.


1.2.1 Jenis-jenis resistor tidak tetap



Potensiometer
Potensiometer merupakan komponen pembagi tegangan yang nilai resistansinya dapat disetel sesuai dengan keinginan dengan cara memutar tungkai pengaturnya. Nilai resistansinya sendiri tertera pada bodi yang dituliskan dalam bentuk angka, sehingga akan memudahkan untuk mengetahui berapa besar nilainya tersebut. Penggunaan potensiometer biasanya adalah untuk pengaturan suara (tone control) Bass, Treable, Volume, dan lain-lain. beberapa jenis potensiometer : 
  • Potensiometer liniar  
  • Potensiometer linier mempunyap unsur resistif dengan penampang konstan, menghasilkan peranti dengan resistansi antara penyapu dengan salah satu terminal proporsional dengan jarak antara keduanya.. Potensiometer linier digunakan jika relasi proporsional diinginkan antara putaran sumbu dengan rasio pembagian dari potensiometer, misalnya pengendali yang digunakan untuk menyetel titik pusat layar osiloskop.
  • Potensiometer logaritmik  
  • Potensiometer logaritmik mempunyai unsur resistif yang semakin menyempit atau dibuat dari bahan yang memiliki resistivitas bervariasi. Ini memberikan peranti yang resistansinya merupakan fungsi logaritmik terhadap sudut poros potensiometer. Sebagian besar potensiometer log (terutama yang murah) sebenarnya tidak benar-benar logaritmik, tetapi menggunakan dua jalur resistif linier untuk meniru hukum logaritma. Potensiometer log juga dapat dibuat dengan menggunakan potensiometer linier dan resistor eksternal. Potensiometer yang benar-benar logaritmik relatif sangat mahal. Potensiometer logaritmik sering digunakan pada peranti audio, terutama sebagai pengendali volume.
  • Rheostat 

  • Potensiometer digital
  • Potensiometer digital adalah sebuah komponen elektronik yang meniru fungsi dari potensiometer analog untuk diterapkan pada isyarat digital.
Trimpot
Trimpot adalah kependekan dari tripotensiometer, bentuk fisiknya kecil dan memiliki nilai tahanan yang dapat di rubah-rubah namun dengan menggunakan alat bantu berupa obeng kecil, karena untuk merubah nilai resistansinya tidak bisa menggunakan tangan. Sebagai tahanan bahan resistansinya adalah menggunakan bahan karbon atau arang.

NTC dan PTC
NTC adalah singkatan dari Negative Temperature Coeficient. Sifat komponen ini resistif dimana nilai resistansinya akan menurun apabila temperatur disekelilingnya naik. Sedangkan PTC adalah singkatan dari Positive Temperature Coeficient, yang nilai resistansinya akan bertambah besar apabila termperatur disekelilingnya turun.. Komponen NTC dan PTC biasanya digunakan sebagai sensor dalam peralatan pengukur panas atau disebut juga termistor. Selain itu juga bisa digunakan sebagai sakelar otomatis yang cara kerjanya akan ditentukan oleh suhu disekitarnya.



LDR
LDR adalah singkatan dari Light Dependent Resistor, yaitu sebuah resistor yang nilai resistansinya akan berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang diterimanya. Biasanya LDR digunakan untuk rangkain-rangkaian sakelar otomatis tertentu seperti lampu taman, lampu jalan, dll, dimana LDR akan bekerja secra otomatis sesuai dengan tingkat cahaya yang ada didepannya.

VDR
VDR adalah singkatan  dari Voltage Dependent Resistor, yaitu sebuah resistor tidak tetap yang nilai resistansinya akan berubah tergantung dari tegangan yang diterimanya. Sifat dari VDR adalah semakin besar tegangan yang diterima, maka nilai tahanannya akan semakin mengecil, sehingga arus yang melaluinya akan semakin besar. Dengan adanya sifat tersebut maka VDR akan sangat cocok digunakan sebagai stabilizer bagi komponen transistor.

Kode Warna Resistor 

Untuk mengetahui berapa besar nilai resistan (hambatan) sebuah resistor tetap, maka kita dapat melihat dan membaca kode warna yang berupa cincin-cincin warna pada bodi resistor. Karena tidak semua nilai resistor dicantumkan dengan lambang bilangan berupa angka-angka, melainkan dengan cincin kode warna. Banyaknya cincin kode warna setiap resistor berjumlah 4 cincin atau ada juga  5 cincin bahkan lebih. Untuk cara pembacaannya tidak jauh berbeda yaitu :
1. Resistor yang mempunyai 4 cincin, artinya cincin 1 dan 2 adalah nilai angka atau digit, cincin ke 3 adalah faktor pengali banyaknya (0), sedangkan cincin ke 4 adalah besarnya toleransi.
2. Resistor dengan 5 cincin warna, artinya cincin 1, 2, dan 3 adalah niali angka atau digit, cincin ke 4 adalah faktor pengali( banyaknya 0), sedangakan cincin ke 5 menunjukan besarnya toleransi.
3. Resistor dengan 6 cincin warna, artinya cincin 1, 2, dan 3 adalah niali angka atau digit, cincin ke 4  faktor pengali (banyaknya 0), cincin ke 5 besarnya toleransi, sedangkan cincin ke 6 koefisien temperatur.