Universitas islam
‘45’ bekasi
|
Instrumentasi Industri
|
Teknik Elekro D3
|
MOHAMAD RIDWAN
|
( 4118702110010 )
|
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah instrumentasi merupakan istilah yang jarang
diketahui oleh khalayak, tidak seperti halnya dengan istilah tekhik lainnya
seperti listrik, elektronika, teknik pendingin, informatika dan lain-lain.
Padahal, dunia instrumentasi, disadari atau tidak, sudah kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Contoh sederhana dari penerapan instrumentasi ini antara
lain pada setrika listrik. Di dalam setrika tersebut terdapat sebuah elemen
pemanas listrik sebagai sumber panas. Panas yang dihasilkan oleh setrika
listrik tersebut haruslah sesuai dengan keinginan pemakai, karena setiap jenis
kain yang disetrika memerlukan panas yang berlainan. Untuk memenuhi kebutuhan
pemakai tersebut, maka di dalam setrika listrik tersebut dipasangi alat yang
akan memutuskan aliran arus listrik ke elemen pemanas tadi. Secara umum alat
tersebut dikenal sebagai termostat yang menggunakan bimetal. Apabila panas pada
setrika tersebut telah mencapai setelan yang diinginkan, maka aliran listrik
akan diputuskan, dan panas yang dihasilkan oleh setrika listrik tersebut akan
berangsur turun, setelah melewati setelan bimetal, maka aliran listrikpun akan
diberikan kembali kepada elemen pemasan tadi. Demikian seterusnya.
Contoh aplikasi lain dari sistem instrumentasi di dalam
kehidupan sehari-hari adalah pemasangan saklar pelampung pada tangki air. Di
dalam tangki penampungan dipasang saklar yang berpelampung, apabila air penuh
sesuai dengan ketinggian yang diinginkan, maka pelampung tersebut akan mengubah
kondisi saklar, dan saklar akan memutuskan aliran listrik ke pompa air. Apabila
ketinggian air di dalam tangki turun sampai ketinggina yang telah ditentukan,
maka pelampung akan mengubah kondisi saklar lagi, dan pompa airpun kembali
mendapat pasokan listrik dan airpun akan bertambah kembali. Demikian
seterusnya.
Bagaimana dengan instrumentasi di dunia industri? Operasi
industri oil & gas, industri petrokimia (petrochemical) sangat bergantung
pada instrumentasi. Pada umumnya operasi industri dengan tingkat bahaya tinggi
dan bersekala besar dan kontinyu dimana operator manusia sudah tak sanggup
menanganinya, beroperasi dengan menggunakan sistem instrumentasi. Beberapa
besaran proses yang harus diukur dan dikendalikan pada suatu industri proses,
misalnya aliran (flow) di dalam pipa, tekanan (pressure) didalam sebuah vessel,
suhu (temperature) di unit heat exchange, serta permukaan (level) zat cair di
sebuah tangki. Otomatisasi produksi masal pada industri manufaktur,
pengendalian warna pada industri textil, pengendalian mesin-mesin berukuran
raksasa seperti kecepatan putaran turbin dan tekanan yang dihasil compressor
pada industri energi, adalah segelintir contoh yang operasinya diserahkan pada
instrumentasi. Instrumentasilah yang menyebabkan perkembangan pesat industri
dengan cara menggantikan ratusan bahkan ribuan operator manusia plus segala
karater lemahnya dengan beberapa kotak panel pengendali otomatis di sudut
ruangan yang nyaris tidak pernah berbuat salah, tak mengenal lelah dan tidak
pernah demo menuntut kenaikan gaji. Kedepan bukan tidak mungkin sebuah pabrik
hanya terdiri dari seorang manusia yaitu pemiliknya saja, sementara operasi diserahkan
pada mesin-mesin otomatis dengan tim maintenance dan petugas lain adalah para
autobot – robot otomatis.
Instrumentasi memiliki cakupan yang luas. Praktisi
instrumentasi dituntut memiliki pengetahuan yang memadai dalam banyak cabang
ilmu pengetahuan diantaranya matematika, fisika, kimia, mesin, listrik,
elektronika, perangkat lunak, dll. Beberapa orang menggambarkan instrumentasi
dengan kata-kata yang indah sebagai “the art and science of measurement and
control”. Atau dengan kata lain instrumentasi adalah seni dan ilmu pengetahuan
sistem pengukuran dan pengendalian. Beberapa yang lain mengidentikan
instrumentasi dengan otomatisasi. Para ahli mendefiniskan instrumentasi sebagai
seni dan ilmu pengetahuan dalam penerapan alat ukur dan sistem pengendalian
pada suatu obyek untuk tujuan mengetahui harga numerik variable suatu besaran
(proses) dan juga untuk tujuan mengendalikan besaran (proses) supaya berada
dalam batas daerah tertentu atau pada nilai besaran (proses) yang diinginkan
(set point).
Secara garis besar sistem instrumentasi dapat digambarkan
sebagai berikut :
Ø
Tranducer adalah
sebuah alat yang mengubah suatu besaran ke besaran lainnya untuk berbagai
tujuan termasuk pengubahan ukuran atau informasi (contohnya : microfon, speaker, lampu,
fotosel, dll. )
Ø
Peraga
/ pencatat adalah sesuatu yang digunakan untuk mengesankan atau memberikan
suatu gambaran atas sesuatu hal agar dapat dimengerti atau dipahami serta
mewujudkan suatu hasil dari suatu proses.
Dalam elektronika dikenal dua macam instrumen yakni
instrumen analog dan instrumen digital dimana masing – masing instrument
memiliki komponen dan proses kerja yang berbeda namun demikian dapat juga
digunakan untuk suatu kepentingan yang sama. Contohnya yaitu AVOmeter, dimana
dalam dunia elektronika ada AVOmeter digital dan adapula AVOmeter analog, dan
keduanya memiliki fungsi kerja yang sama yakni untuk mengukur besaran tegangan,
resistansi dan arus listrik.
Ø
Instrumen
analog adalah instrumen yang memiliki petunjuk berputar dalam suatu skala yang
telah terkalibrasi
Ø
Instrumen
digital adalah suatu instrumen yang peragaan atau penunjukan hasil dari suatu
proses berupa angka angka
BAB II
TRANDUSER
DAN PENGUAT DALAM KOTAK HITAM
2.1 Tranduser
Tranducer adalah sebuah alat yang mengubah suatu besaran
ke besaran lainnya untuk berbagai tujuan termasuk pengubahan ukuran atau
informasi. Transduser bisa berupa peralatan listrik,
elektronik,
elektromekanik, elektromagnetik,
fotonik,
atau fotovoltaik. Dalam pengertian yang lebih luas,
transduser kadang-kadang juga didefinisikan sebagai suatu peralatan yang
mengubah suatu bentuk sinyal menjadi bentuk sinyal lainnya. Contoh yang umum
adalah pengeras suara (audio speaker), yang mengubah beragam voltase listrik
yang berupa musik atau pidato, menjadi vibrasi mekanis. Contoh lain
adalah mikrofon, yang mengubah suara kita, bunyi,
atau energi akustik menjadi sinyal atau energi listrik.
Suatu definisai mengatakan “transducer adalah sebuah alat
yang bila digerakkan oleh energi di dalam sebuah sitem transmisi, menyalusrkan
energi dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem
transmisi kedua”. Transmisi kedua ini bisa listrik, mekanik, kimia, optik
(radiasi) atau termal (panas).
Sebagai contoh, definisi transducer yang luas ini
mencakup alat-alat yang mengubah gaya atau perpindahan mekanis menjadi sinyal
listrik. Alat-alat ini membentuk kelompok transducer yang sangat besar dan
sangat penting yang lazim ditemukan dalam instrumentasi industri; dan ahli
instrumentasi terutama berurusan dengan jenis pengubahan energi ini. Banyak
parameter fisis lainnya (seperti panas, intensitas cahaya, kelembaban) juga dapat
diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan transducer.
Transducer-transducer ini memberikan sebuah sinyal keluaran bila diransang oleh
sebuah masukan yang bukan mekanis; sebuah transmistor bereaksi terhadap variasi
temperatur; sebuah fotosel bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya;
sebuah berkas elektron terhadap efek-efek maknetik, dan lain-lain. Namun dalam
semua hal, keluaran elektris yang diukur menurut metoda standar memberikan
besarnya besaran masukan dalam bentuk ukuran elektris analog.
Transducer dapat dikelompokan berdasakan pemakaiannya,
metoda pengubahan energi, sifat dasar sinyal keluaran dan lain-lain. Tabel
dibawah menunjukan suatu pengelompokan transducer berdasarkan prinsip listrik
yang tersangkut. Bagian pertama tabel tersebut memberi daftar transducer yang
memberikan daya luar. Ini adalah transducer pasif, yang memberi tambahan dalam
sebuah parameter listrik seperti halnya tahanan, kapasitansi dan lain-lain yang
dapat diukur sebagai suatu perubahan tegangan atau kuat arus. Kategori
berikutnya adalah transducer jenis pembangkit sendiri, yang menghasilkan suatu
tegangan atau arus analog bila dirangsang dengan suatu bentuk fisis energi.
Transducer pembangkit sendiri tidak memerlukan daya dari luar.
Tabel Pengelompokan
Transducer
Ø Transduser Pasif (daya dari luar)
Parameter listrik dan kelas
transduser
|
Prinsip kerja dan sifat alat
|
Pemakaian alat
|
Potensiometer
|
Perubahan nilai tahanan karena posisi kontak
bergeser
|
Tekanan, pergeseran/posisi
|
Strain gage
|
Perubahan nilai tahanan akibat perubahan panjang
kawat oleh tekanan dari luar
|
Gaya, torsi, posisi
|
Transformator selisih (LVDT)
|
Tegangan selisih dua kumparan primer akibat
pergeseran inti trafo
|
Tekanan, gaya, pergeseran
|
Gage arus pusar
|
Perubahan induktansi kumparan akibat perubahan jarak
plat
|
Pergeseran, ketebalan
|
Ø Transduser Aktif (tanpa daya luar)
Parameter listrik dan kelas
transduser
|
Prinsip kerja dan sifat alat
|
Pemakaian alat
|
Sel fotoemisif
|
Emisi elektron akibat radiasi yang masuk pada
permukaan fotemisif
|
Cahaya dan radiasi
|
Photomultiplier
|
Emisi elektron sekunder akibat radiasi yang masuk ke
katode sensitif cahaya
|
Cahaya, radiasi dan relay sensitif cahaya
|
Termokopel
|
Pembangkitan ggl pada titik sambung dua logam yang
berbeda akibat dipanasi
|
Temperatur, aliran panas, radiasi
|
Generator kumparan putar (tachogenerator)
|
Perputaran sebuah kumparan di dalam medan magnet
yang membangkitkan tegangan || Kecepatan, getaran
|
|
Piezoelektrik
|
Pembangkitan
ggl bahan kristal piezo akibat gaya dari luar
|
Suara,
getaran, percepatan, tekanan
|
Sel foto
tegangan
|
Terbangkitnya
tegangan pada sel foto akibat rangsangan energi dari luar
|
Cahaya
matahari
|
Termometer
tahanan (RTD)
|
Perubahan nilai tahanan kawat akibat perubahan
temperatur || Temperatur, panas
|
|
Hygrometer
tahanan
|
Tahanan
sebuah strip konduktif berubah terhadap kandungan uap air
|
Kelembaban
relatif
|
Penurunan
nilai tahanan logam akibat kenaikan temperatur
|
Temperatu
|
Beberapa contoh
tranduser yang banyak digunakan dalam perangkat elektronika :
Ø Fotosel
Fotosel merupakan tranduser yang sistem
kerjanya dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Dimana pada setiap perubahan
intensitas cahaya sangat berpengaruh terhadap perubahan resistansi dari fotosel
tersebut. Semakin banyak intensitas cahaya yang diterima oleh fotosel, maka
semakin kecil resistansi dari fotosel dan semakin sedikit intensitas cahaya
yang diterima, maka semakin besarlah resistansi daripada fotosel.
Berikut adalah beberapa gambar contoh fisik
dari fotosel :
Gambar 2.1.1 Fotosel
/ LDR
Berikut adalah grafik penunjukan perubahan
resistensi fotosel terhadap cahaya :
Gambar 2.1.2 Grafik perubahan
resistansi fotosel terhadap cahaya.
Ø Thermistor
Thermistor merupaka tranduser yang mampu
mengkonversi perubahan temperatur ke bentuk sinyal listrik yang terukur. Sistem
kerja dari termistor yakni, termistor akan mengelami perubahan resistensi
ketika mendapat aliran listrik dan adanya perubahan temperatur. Karena perubahan
resistensi yang dipengaruhi oleh temperatur hanya terjadi jika terdapat aliran
listrik yang mengalir pada thermistor tersebut, maka thermistor
diklasifikasikan kedalam jenis tranduser pasif. Adapun arah perubahan
resistansinya adalah semakin tinggi perubahan temperatur, maka semakin kecil
rasistansi dari termistor tersebut.
Berikut adalah bebeerapa gambar contoh dari
thermistor :
Gambar 2.1.3
Thermistor
Berikut adalah grafik perubahan resistansi
thermstor terhadap perubahan temperatur :
Gambar 2.1.4 Grafik
perubahan resistansi thermistor terhadap temperatur
2.2 Penguat Dalam Kotak Hitam
Kotak hitam adalah sebuah elemen sistem yang mendapatkan
informasi masukan kemudian bertindak menurut cara-cara tertentu, sehingga
dihasilkan informasi keluaran yang dibutuhkan. Contoh kotak hitam adalah OP Amp
741.
Tegangan yang dihasilkan oleh tranduser sangatlah kecil,
maka perlu adanya penguatan tegangan sebelum besaran yang diukur dapat
diperagakan hasilnya. Penguatan tegangan dapat dianggap sebagai penguatan
sinyal kotak hitam. Kotak hitam penguat pada umumnya disimbolkan dalam bentuk
segitiga tempat sinyal-sinyal input dikirim dan pada output didapat sinyal yang
diperkuat. Dalam penguatan dibutuhkan catu daya yang dihubungkan.
Gambar 2.2.1 Simbol penguat (A)
Op-amp 741 sebuah integrated circuit (IC) sebagai penguat
tegangan khusus yang dipakai dalam instrumen yang memiliki 8 kaki (pin) yang
dipakai untuk membuat hubungan-hubungan dengannya. Hubungan utama dalam kotak
hitam ini adalah sinyal input dan sinyal output.
Berikut adalah gambar fisik IC
Op-amp 741 dan fungsi kaki-kaki atau pinnya :
Gambar 2.2.2 Op-amp 741
Gambar 2.2.3 Hubungan rangkaian
Op-amp 741
Op-amp 741 yang ditunjukkan oleh gambar 2.2.3 adalah
rangkaian instrumentasi penguat dengan pencatu daya ganda. Dimana terdapat dua
terminal input yakni terminal 2 dan 3 yang berfungsi sebagai pembanding dimana
besar penguatan berdasarkan pada perbandingan tegangan pada kaki 2 dan 3 serta tiga
terminal output yang terdiri dari satu buah terminal bumi (0), satu buah
terminal positif (V+), dan satu buah terminal negative (V-),
dan nilai pengukurannya berdasarkan hubungan antara nol (0) dengan +V dan –V.
Hubungan positif (+V) menggunakan pin 7 sedangkan hubungan negatif (-V)
menggunakan pin 4.
Penguatan menggunakan op-amp ada dua cara yakni dengan
cara input inversi dan input nonversi. Masing-masing memiliki ketentuan atau
aturan yang baku.
Ø
Suatu
penguat dikatakan sebagai penguat inversi apabila tegangan catu di pin 3 lebih
tinggi (positif) dari catu di pin 2 dan menghasilkan output positif.
Gambar 2.2.4 Hubungan Penguat Umpan Balik Inversi
Besarnya
penguatan (A) dari hubungan penguat umpan balik Inversi dapat dihitung dari
persamaan sederhana dimana besarnya penguatan (A) adalah senilai dengan
perbandingan nilai tegangan output dengan tegangan input
Ø
Suatu
penguat dikatakan sebagai penguat non inversi apabila tegangan catu di pin 2
lebih tinggi (positif) dari catu di pin 3 dan menghasilkan output negative.
Gambar 2.2.5 Hubungan Penguat Umpan Balik Non Inversi
Besarnya
penguatan hubungan penguat umpan balik non inverting dapat dihitung dari
persamaan sederhana dimana besarnya penguatan (A) adalah senilai dengan
perbandingan nilai tegangan output dengan nilai tegangan input
BAB III
MEMPRODUKSI
SINYAL DIGITAL DENGAN RANGKAIAN TERINTEGRASI
2.3 IC 555
IC 555 adalah salah satu dari sekian banyak IC timer
(pewaktu) . aplikasi rangkaian menggunakan IC 555 ini digunakan untuk
menentukan waktu tunda dengan tepat, lain halnya dengan OP amp 741, rangkaian
menggunakan timer IC 555 ini hanya menghasilkan dua kemungkinan output tinggi
dan rendah tanpa adanya penguatan. Karena IC 555 hanya menghasilkan 2
kemungkinan output yaitu tinggi atau rendah, maka IC 555 ini tergolong dalam
komponen pengolah sinyal digital.
IC 555 memiliki 8 kaki / pin (sama halnya dengan Op amp
741). Adapun gambar, definisi dan fungsi dari masing-masing kaki adalah sebagai
berikut :
Gambar 2.3.1 IC 555
1.
Ground,
adalah kaki input untuk sumber tegangan DC paling negatif.
2.
Trigger,
adalah kaki input negative dari lower komparator (komparator B) yang menjaga
osilasi tegangan terendah kapasitor di 1/3 Vcc dan mengatur RS flip-flop.
3.
Output,
kaki ini disambungkan ke beban yang akan diberi sinyal keluaran dari IC.
Maksimal arus keluaran dari IC 555 ini sebesar 100-200mA.
4.
Reset,
adalah kaki input yang berfungsi untuk mereset lacth di dalam IC yang akan
membuat keluaran IC dalam kondisi nol atau rendah. Kaki ini terhubung ke suatu
gate transistor ber tipe NPN, transistor ini akan aktif jika mendapat logika
rendah (low). Agar tidak terjadi kondisi reset lacth, kaki ini dihubungkan
langsung dengan Vcc sehingga akan
mengulang kerja IC dari keadaan rendah (low state).
5.
Control
Voltage, kaki ini berfungsi untuk menjaga kestabilan tegangan referensi input negative
upper comparator (comparator A). Kaki ini bisa dibiarkan digantung, namun untuk
menjamin kestabilan tegangan referensi input negative upper comparator maka
dihubungkan dengan kapasitor berorde sekitar 10nF terhadap kaki ground.
6.
Threshold,
kaki ini terhubung dengan input positif upper comparator (comparator A) yang akan me-reset RS flip-flop
ketika tegangan pada kapasitor melebihi 2/3 Vcc.
7.
Discharge,
kaki ini terhubung dengan open collector
transistor Q1 yang emitornya terhubung ke ground. Switching transistor
ini berfungsi untuk meng-clamp node yang sesuai ke ground pada timing tertentu.
8.
Vcc,
adalah kaki untuk menerima catu tegangan DC lebih positif yang dan akan bekerja
optimal ketika mendapat catu tegangan 5-15V (maksimum). Catu arusnya berkisar
antara 10-15mA
Ada
dua macam rangkaian dasar yang banyak digunakan untuk mengaplikasikan IC timer
ini, yaitu rangkaian monostabil dan rangkaian astabil.
Ø
Rangkaian
Monostabil
Gambar 2.3.2 rangkaian monostabil
Rangkaian ini hanya memerlukan sedikit
rangkaian tambahan untuk dapat mengoperasikannya, yaitu sebuah resistor (RA) dan sebuah kapasitor (C1) serta kapasitor (C2)
untuk menyetabilkan tegangan referensi pada upper comparator (komparator-A). IC ini memanfaatkan rangkaian tambahan tersebut untuk
men-charge dan men-discharge kapasitor C1 melalui resistor RA.
fungsi rangkaian ini adalah untuk menghasilkan
pulsa tunggal pada kaki-3 dengan waktu tertentu jika kaki-2 diberi trigger
/dipicu. Pada keadaan awal, output ICnya berlogika ‘0’.
Dapat dilihat pada gambar 2.3.1 bahwa
terdapat rangkaian pembagi tegangan untuk input referensi komparator-A dan
komparator-B. prinsip kerja komparator yaitu :
·
jika Vd (beda potensial input inverting dan input non-invertingnya)
bernilai positif, maka komparator akan mengeluarkan output berlogika ‘1’.
·
Jika diberi trigger dari logika ‘1’ ke logika ‘0’ pada pin-2,
maka Vd pada komparator-B
akan bernilai positif dan alhasil mengeluarkan output high. Output ini akan
men-set RS flip-flop (memberi keluaran IC logika ‘1’) untuk beberapa saat,
seiring dengan itu, transistor Q1 akan off (open)dan kapasitor C1 akan
melakukan charging sampai tegangannya mencapai 2/3 Vcc sebelum akhirnya RS
flip-flop akan di reset oleh komparator-A dan kapasitor C1 melakukan discharge melalui
resistor R1 secara transient. Lamanya pulsa tunggal yang dihasilkan sekitar t = 1.1 RA C1
Ø
Rangkaian
Astabil
Gambar 2.3.3 rangkaian astabil
Rangkaian Astable sedikit berbeda dari rangkaian monostable.
Rangkaian astable akan menghasilkan sinyal kotak yang terus berdetak dengan duty cycle tertentu selama catu
tegangan tidak dilepaskan. Prinsip kerjanya, jika pada rangkaian monostable
dipicu dengan tegangan berlogika high ke low (kurang dari 1/3 Vcc) pada kaki-2,
rangkaian astable ini dibuat untuk memicu dirinya sendiri.
Rangkaian ini memanfaatkan osilasi tegangan pada kapasitor
disekitar 1/3 Vcc sampai 2/3 Vcc. Komponen eksternal yang diperlukan adalah
sebuah kapasitor (C1) dan dua buah resistor (RA dan RB). Adapun untuk
kestabilan tegangan referensi komparator-A, digunakan sebuah kapasitor lagi
(C2) pada pin-5 sebesar 10nF ke ground.
Sedikit terkait dengan deskripsi kaki yang telah diulas
diatas, saat transistor Q1 ON maka resistansi menuju ground pada emitternya
sangat kecil, sehingga ground seakan-akan tersambung diantara kedua resistor.
Namun ketika transistor Q1 off, resistansi antara collector dan emitternya
sangat besar dan sulit dilewati arus, seakan terjadi open circuit. Pada akhirnya output
yang terjadi berupa sinyal kotak akan mendetak secara kontinu dengan frekuensi
tertentu seiring dengan berosilasinya tegangan pada kapasitor di 1/3 Vcc sampai
2/3 Vcc. Osilasi yang dimaksud disini dapat dijelaskan yaitu, ketika tegangan
kapasitor melebihi 2/3 Vcc, komparator-A mengeluarkan output high yang akan
me-reset RS flip-flop dan tegangan pada kapasitor akan turun(discharging)
secara transient.
ketika tegangan pada kapasitor C1 berkurang dari 1/3 Vcc,
output komparator-B akan berlogika high dan men-set RS flip-flop, selanjutnya
tegangan kapasitor akan naik secara transient (charging) dan begitu seterusnya
berosilasi menghasilkan pulsa. Jadi, saat berosilasi tegangan kapasitor tidak
akan kurang dari 1/3 Vcc dan melebihi 2/3 Vcc.
Gambar 2.3.4 Bentuk Gelombang Astabil
Duty cycle yang merupakan persentase waktu sinyal
output berlogika high dalam satu periode. Untuk memudahkan perhitungan,
misalkan t1 adalah lamanya pulsa berlogika high dalam satu
periode, sedangkan t2adalah lamanya waktu berlogika
low. Maka, secara matematis,
Persamaan umum orde-1 :
V’ = V. Exp (-t/RC)
t1 adalah waktu saat charging kapasitor melalui RA dan RB dengan V = 1/3 Vcc dan V’ = 2/3 Vcc
t1 = – (RA+RB)C .
ln2 –> |t1|= (RA+RB)C . ln2
t2 adalah
waktu saat discharging kapasitor melalui RB dengan V = 2/3 Vcc dan V’ = 1/3 Vcc
t2 = RB C . ( ln2 )
duty cycle dapat dihitung : (t1/T) x 100 % = (t1 /
{t1+t2}) x 100 %
BAB IV
MENGOLAH
SINYAL DIGITAL DENGAN RANGKAIAN TERINTEGRASI
4.1 Schmitt Trigger
Ada suatu persoalan yang
dihadapi oleh rangkaian digital, dimana signal input memiliki waktu naik dari 0
menuju 1 atau sebaliknya waktu turun dari 1 menuju 0 lebih lama dari 1 micro
detik, hal ini dapat menimbulkan noise bahkan output akan berosilasi (1 dan 0)
jika waktu itu lebih lama lagi. Waktu yang didijinkan pada IC TTL tidak boleh
lebih dari 1µS, dan untuk CMOS tidak boleh lebih dari 5µS.
Schmitt trigger dapat
dipergunakan untuk mempercepat waktu naik atau waktu turun suatu signal.
Schmitt trigger adalah suatu rangkaian dengan umpan balik positif. Outputnya
tidak berubah ke kondisi 1 sebelum sebelum lebih dari 1.7Volt, dan tidak akan
berubah ke kondisi 0 sebelum kurang dari 0.9Volt, oleh karena itu nois tidak
akan terjadi.
Gambar 4.1.1 Schmitt Trigger
Schimitt triger pada
dasarnya adalah komparator dengan 2 nilai pembanding (upper trip point/UTP dan
lower trip point/LTP). Bekerjanya sebagai berikut. Misalkan sinyal digital
dimasukan ke schmitt triger. Pada saat sinyal berada di logika 1, maka output
schmitt trigger harus 1 juga (tergantung jenis, apabila digital buffer input
dan output sama, tapi untuk inverter, outputnya kebalikan input). Apabila
sinyal tersebut mendapat gangguan noise sehingga level menjadi turun, maka
selama levelnya masih diatas LTP, output akan tetap. Kebalikannya jika sinyal
berada di logika rendah, pada saat sinyal mendapat noise dan level jadi naik,
maka selama level tidak melebihi UTP, output akan tetap. Jadi schmitt triger
akan menghilangkan pengaruh noise tersebut.
Pada dasarnya rangkaian
pemicu schmit op-amp seperti terlihat pada gambar dibawah, dimana adanya
pembagian tegangan sehingga diperoleh umpan balik positif. Bila tegangan
keluaran mengalami kejenuhan positif, maka tehamgam positif diumpamakan kembali
ke masukan tak membalik, masukan positif ini menjaga keluaran pada keadaan
tinggi. Sebaliknya, bila tegangan masuk mengalami kejenuhan negatif diumpamakan
kembali kemasukan tak membalik dan keluaran pada keadaan rendah. Dalam hal ini
umpan balik positif memperkuat keadaan keluaran yang ada, jadi faktor umpan
balik adalah :
Bila keluaran mengalami kejenuhan positif, tegangan referensi
yang diterapkan pada masukan tak membalik adalah :
Bila keluarannya mengalami kejenuhan negatif, tegangan
referensi adalah :
Seperti yang ditunjukkan diatas,
tegangan-tegangan referensi ini sama dengan titik perpindahan atas (Uper Trip
Point, UTP) atau +B.vjen dan titik perpindahan bawah (Lower Trip Point, LTP)
atau +B.vjen. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut sebagai rangkaian dasar
pemicu schmit.
Gambar 4.1.2 Rangkaian Dasar Schmit
Trigger Dan Kondisi Histerisis
Output akan tetap pada keadaan yang
diberikan sampai masuknya melebihi tegangan referensi, misalnya bila
keluarannya mengalami kejenuhan positif, maka tegangan referensinya adalah
+B.vjen tegangan masukan B.vjen harus dinaikkan lebih sedikit dari +B.vjen
dengan demikian tegangan kesalahannya berbalik polaritas dengan tegangan
keluarannya beralih kekeadaan rendah pada. B.vjen. Sebaliknya, bila keluarannya
ada pada keadaan negatif, maka akan tetap negatif sampai tegangan masuknya
menjadi lebih negatif dari pada B.vjen. Pada saat itu keluarannya beralih dari
negatif ke positif. Umpan balik positif mengakibatkan efek yang tidak wajar
pada rangkaian, dimana ia menguatkan tegangan referensi.
Agar mempunyai polaritas yang sama
dengan tegangan keluaran. Tegangan referensi menjadi positif bila keluaran
tinggi dan negatif bila keluaran rendah, dimana perbedaan dua titik perpindahan
ini disebut Histerissis, karena adanya umpan balik positif. Histerissis
dibutuhkan karena dapat mencegah kesalahan pemicuan yang disebabkan nosie,
misalnya ada pemicu schmit tanpa histerissis, maka noise secara acak dari
keadaan rendah ke keadaan tinggi. Dengan menggunakan pemicu Schmit dapat menghasilkan
keluaran gelombang persegi, terlepas dari bentuk gelombang sinyal masukannya.
Dengan kata lain tegangan masukan tidak harus sinusoidal, dimana selama bentuk
gelombangnya periodic dan mempunyai amplitudo yang cukup besar untuk melewati
titik perpindahan. Maka akan didapatkan keluaran gelombang persegi dari pemicu
schmit trigger.
4.2
Rangkaian Integrator
Rangkaian integrator banyak digunakan
dalam “komputasi sinyal analog” dimana rangkaian ini banyak membantu
menyelesaikan persamaan integral. Namun demikian untuk maksud tersebut
diperlukan penguat dengan stabilitas DC yang sangat baik, tidak seperti halnya
rangkaian penguat pada umumnya dimana perubahan sedikit pada masukan akan
diperkuat oleh penguatan lingkar-terbuka. Rangkaian integrator aktif
dengan op-amp ini juga berasal dari rangkaian penguat inverting dengan tahanan
umpan baliknya diganti dengan kapasitor. Contoh rangkaian integrator aktif
standart adalah sebagai berikut.
Gambar 4.2.1 Rangkaian Integrator Aktif
Karena masukan tak membalik ditanahkan, maka arus i yang
lewat R akan terus melewati C, jadi :
dengan tegangan output rangkaian integrator (Vo) dituliskan
dalam bentuk matematis sebagai berikut :
Dari persamaan diatas tampak bahwa tegangan keluaran (Vo)
merupakan integral dari isyarat masukan. Batas frekuensi yang dilalui oleh
capasitor dalam rangkaian integrator dapat ditentukan dengan persamaan berikut
:
Pada pengoperasian secara normal, perlu “mereset” rangkaian
pengintegral secara reguler pada suatu selang tertentu, misalnya dengan
menghubung singkatkan kapasitor, setelah itu dapat dilakukan kembali proses
integrasi.
Biasanya pada rangkaian untuk aplikasi terdapat penambahan
tahanan yang diparalel dengan kapasitor feedback dan dinamakan RF. Seperti pada
gambar dibawah rangkaian integrator yang belum di tambah tahanan yang diparalel
dengan kapasitor, nilai ROM adalah antara nol sampai dengan R1.
Gambar 4.2.2 Rangkaian Aplikasi Integrator Aktif
Batas frekuensi untuk rangkaian integrator dengan penambahan
tahan feedback seperti pada gambar di atas dimana perhitungan nilai Rf
berkaitan dengan komponen lainya yaitu fa < fb dimana rumus fb sebagai
berikut:
BAB V
PERAGA
DAN PENCATAT DIGITAL
5.1
Peraga digital sevent segmen
Peraga/Penampil 7 segmen adalah komponen elektronika yang
berfungsi untuk memdekodekan data dari bahasa mesin ke dalam bentuk tampilan
data desimal. Peraga/penampil 7 segmen pada dasarnya adalah konfigarasi LED
yang disusun sedemikian rupa sehingga nyala dari LED tersebut dapat membentuk
karakter angka desimal. Struktur tampilan dari peraga/penampil tujuh segmen
tersebut dilabelkan dari a sampai g yang dapat menampilkan 10 karakter bilangan
desimal pertama dari 0 sampai 9. Konstruksi dari penampil tujuh segmen
ditunjukan pada gambar berikut.
Gambar 5.1.1 Konstruksi peraga/penampil
sevent segmen
Penampil tujuh segmen merupakan susunan dari beberapa LED
yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan konstruksi seperti diatas.
LED-LED penyusun penampil tujuh segmen memiliki batas maksimal mengalirkan arus
dari katoda ke anoda pada umumnya, sehingga pada penerapannya penempil tujuh
segmen diberi pembatas arus berupa resistor yang dipasang seri padanya.
Penampil tujuh segmen ada dalam dua jenis yaitu jenis anoda bersama dan jenis
katoda bersama yang konstruksi internalnya ditunjukan dalam gambar berikut.
Gambar 5.1.2 konstruksi internal
peraga sevent segmen
Untuk menggunakan peraga/penampil 7 segmen katoda bersama
(common cathoda) maka pin A – G penampil 7 segment harus diberikan input berupa
tegangan DC positif kemudian terminal common pada penampil 7 segmen dihubungkan
ke ground. Kemudian untuk mengoperasikan penampil 7 segmen anoda bersama
(common anoda) maka terminal input A – G pada penampil 7 segmen harus
dihubungkan ke ground kemudian terminal common dihubungkan ke sumber tegangan
DC positif.
Resistor pembatas arus untuk LED pada penampil 7 segmen
sebaiknya dipasang seri pada setiap pin atau jalur input A – G pada
peraga/penampil 7 segmen tersebut. Pemasangan resistor seperti ini bertujuan
untuk mendapatkan arus bias LED yang stabil pada setiap perubahan karakter
tampilan pada penampil 7 segmen.
5.2
Pencacah Digital Flip-flop
Sebuah piranti yang dapat menunjukkan dua keadaan stabil
yang ber-beda disebut Multivibrator Bistabil. Dinamakan flip-flop, karena dua
buah keluarannya selalu dalam keadaan yang berlawanan, yaitu keadaan flip
(level satu) untuk keadaan yang satu, dan keadaan flop (level nol) untuk
keadaan yang lainnya atau sebalikya.
Pada umumnya flip-flop mempunyai dua buah masukkan
pengontrol dan dua buah keluaran, yang kinerjanya mempunyai dua keadaan stabil
mantap. Disebut dengan keadaan stabil karena keadaan keluarannya selalu
tetap/tidak berubah, selama tidak ada pengaruh dari luar rangkaian. Misalnya,
keluaran rangkaian dalam keadaan stabil mantap pada Q=1 dan Q’=0, kedaan ini
akan tetap demikian, sampai ada masukan tertentu yang dapat mengubah keluaran
berubah menuju kestabilan yang lain yaitu keadaan stabil mantap Q=0 dan Q’=1.
Piranti ini dapat dipergunakan sebagai elemen memori dalam sistem biner.
a.
Rangkaian flip-flop yang dibentuk dari komponen
diskrit
Diagram flip-flop yang menggunakan komponen diskrit,
yaitu rangkaian yang dibentuk dari 2 buah transistor bipolar Q1 dan Q2, dua
buah resistor kolektor RC, dan dua buah resistor base Rb seperti pada Gambar
a.1 Pada dasarnya rangkaian flip-flop ini terdiri dari dua buah 2 penguat
inversi yang dihubungkan saling silang, keluaran penguat yang satu dihubungkan
dengan masukan yang lain, dan sebaliknya.
Gambar a.1 Rangkaian Flip Flop dari
Komponen Diskrit
Gambar a.1 adalah rangkaian yang terbentuk dari dua
transistor bipolar dan empat resistor yang menunjukkan rangkaian saling silang.
Dengan memberi sinyal positif pada base (S), transistor Q1 on jenuh, tegangan
kolekor Q1 rendah (antara 0,2 sampai 0,4 V), tegangan yang rendah ini, melalui
resistor Rb mengikat base transitor Q2 menjadi keadaan off, mengakibatkan
tegangan kolektor Q2 naik mendekati sumber Vcc (tinggi), selanjutnya tegangan
ini akan mengancing base Q1 tetap tinggi sehingga keluaran Q1 tetap rendah.
Dengan demikian terjadi kestabilan pada keadaan keluaran
Q1 rendah, dan keluaran Q2 tinggi. Keadaan ini akan tetap demikian, sebelum ada
sinyal pada base, yang dapat mengubah flip-flop dalam keadaan stabil berikutnya.
b.
Pengancing flip-flop yang dibentuk dari gerbang
NAND
Pengancing adalah sebuah flip-flop
paling awal yang digunakan sebagai penyimpan data, karena rangkaiannya yang
sederhana, dibandingkan dengan flip-flop lainnya. Gambar b.1 adalah rangkaian
pengancing R-S yang menggunakan komponen diskrit. Jika kedua transistor dan
resistor-resistornya diganti dengan dua buah gerbang NAND dua-masukan (1/2 IC
SN7400) maka dihasilkan rangkaian pengancing NAND
Gambar b.1 Rangkaian dan Tabel Kebenaran
Pengancing dengan Gerbang NAND
Gambar diatas adalah rangkaian
pengancing yang menggunakan gerbang NAND, terdiri dari dua buah masukan
pengontrol A dan B, dan dua buah keluaran Q dan Q’. Masukan A dan B ini dikenal
sebagai pengontrol tak serempak karena keluarannya segera berubah bila
masukannya berubah. Perubahannya seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1. Logika
0 dan 1 dalam Tabel 1. merepresentasikan 0,2 V dan 3,3 V untuk notasi logika
positif.
Pada Tabel 1. terdapat empat variasi
keadaan masukan kontrol pengancing A-B, yaitu 0-0, 0-1, 1-0, dan 1-1. Notasi Q’
menunjukkan inversi dari keluaran Q, artinya kalau Q=1 maka Q’=0 atau
sebaliknya. Pada keadaan masukan A=B=0 terjadi keadaan keluaran Q=Q‘=1 keadaan
ini adalah keadaan terlarang karena keluaran Q’ bukan inversi keluaran Q, maka terjadi
keadaan flip-flip. Hal ini tidak diperkenankan karena menyimpang dari definisi
flip-flop.
Pada keadaan masukan A tidak sama
dengan B, maka keadaan keluaran Q selalu sama dengan masukan B, dan pada
masukan A=B=1 akan terjadi keadaan keluaran yang tidak berubah, atau dalam
keadaan memori, karena keluarannya sesuai keadaan keluaran sebelumnya.
c.
Pengancing
flip-flop yang dibentuk dari gerbang NOR
Bila gerbang NAND pada rangkaian
Gambar b.1 diganti dengan gerbang NOR maka terbentuk rangkaian pengancing yang
dibangun dengan gerbang NOR (1/2 IC SN7402) seperti ditunjukkan Gambar c.1 yang
tabel kebenarannya ditunjukkan dalam Tabel 2.
Gambar c.1 Rangkaian dan Tabel
Kebenaran Pengancing dengan Gerbang NOR
Pada keadaan masukan A=B=0 terjadi
respon pada keluaran Q dan Q’ seperti keadaan keluaran sebelumnya yang tidak
berubah, maka hal ini disebut keadaan memori. Pada keadaan masukan A=0, B=1, dan
A=1, B=0, keluaran identik dengan pengancing NAND, yaitu keluaran Q selalu sama
dengan masukan B. Pada keadaan masukan A=B=1 keadaan keluaran Q=Q’=0, maka
tidak terjadi flip-flop, melainkan flop-flop sehingga keadaan ini penyimpangan
dari definisi flip-flop.
d.
R-S
flip-flop
R-S atau S-R flip-flop adalah tipe
flip-flop yang mempunyai masukan tak sinkron S (set) atau R (reset) atau
keduanya, dan keluaran Q dan Q’. Gambar d.1 menunjukkan R-S flip-flop dengan
tabel kebenarannya seperti pada Tabel 3.
Gambar d.1 Rangkaian dan Tabel
Kebenaran R-S Flip-flop
Dalam tabel kebenaran keadaan S=R=1
sebagai keadaan terlarang, sementara keadaan memori terjadi pada saat S=R=0. Dengan
demikian keluaran Q dan Q’ selalu dalam keadaan komplemen selama tidak terjadi
keadaan invalid S=R=1 Kinerja dari dasar R-S flipflop dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Keluaran Q selalu mengikuti masukan S
sepanjang masukan S dan R berbeda, kodisi set bila S=1 dan reset bila S=0
2. Rangkaian “mengingat “ keadaan
terakhir sepanjang S=R=0
3. Kondisi masukan invalid adalah R=S=1
e.
R-S
flip-flop terdetak.
Masukan R dan S pada rangkaian R-S
flip-flop dapat disinkronisasi dengan menambahkan masukan klok (detak) pada
rangkaian seperti pada Gambar e.1 Keluaran Q pada R-S flip-flop tidak dapat
segera merespon masukan S dan R sebelum ada masukan klok. Respon keluaran R-S
flip-flop dari masukan-masukannya dapat dilihat dalam Tabel 4.
Gambar e.1 Rangkaian dan Tabel
Kebenaran R-S Flip-flop Terdetak
Kondisi respon R-S flip-flop terdetak
sama seperti kondisi respon tanpa klok, bedanya keluaran hanya merespon masukan
S dan R setelah terjadi klok =1. Kinerja rangkaian R-S flip-flop terdetak dapat
disimpulkan sebagai berikut:
·
Keluaran
Q selalu mengikuti masukan S selama Clk = 1 dan masukan S dan R berbeda
·
Rangkaian
mempunyai dua mode memori (keluaran Q tetap sesuai keadaan sebelumnya) bila :
a) Klok Clk = 0 tanpa memperhatikan
masukan S dan R
b) Klok Clk =1, dan R=S=0
·
Kondisi
masukan invalid terjadi bila R=S=Clk=1
f.
Implementasi
R-S flip-flop yang dibangun dengan IC NAND 7400
Implementasi praktis rangkaian R-S
flip-flop pada Gambar 6. dibangun dengan sebuah IC gerbang NAND 7400, 5 resistor
pull up, 2 resistor pembatas, 2 buah indikator LED, 2 buah saklar, dan sebuah
tombol Clk, beserta sumber tegangan 5 Volt DC. Tombol Clk dalam posisi normal tertutup,
rangkaian dalam mode memori, dengan menekan tombol Clk berarti keluaran
dikontrol oleh saklar masukan S dan R. Resistor 2.2K dan 1 K adalah
resistor-resistor pull up yang bernilai logik 1 bila tidak dihubungkan dengan 0
(Ground).
Gambar f.1 Rangkaian R-S Flip-flop
Saklar S dan R dapat diset sesuai
dengan nilai logik masukan S dan R yang dikehendaki, setelah tombol Clk ditekan
respon rangkaian terlihat pada keluaran LED, dan setelah tombol Clk dilepas, masukan
S dan R dapat diubah tanpa mempengaruhi keluaran sampai tombol Clk ditekan
lagi.
g.
Preset
dan Clear pada R-S Flip-flop
Dengan penambahan Preset (Pre) dan
Clear (Clr), seprti pada Gambar 7. yang pada ujungnya diberi tanda (inverter),
rangkaian dapat dikendalikan dengan masukan tak sinkron. Masukan Pre dan Clr,
dapat digunakan untuk penghapusan atau pengesetan data keluaran, sesuai Tabel
5.
a. Pengesetan langsung Q=1 dapat di
lakukan dengan memberi masukan Pre=1 dan Clr=0, tanpa mempedulikan masukan R
dan S
b. Penghapusan langsung Q=0 di lakukan
dengan memberi masukan Pre=0 dan Clr=1, tanpa memperdulikan masukan R dan S
c. Rangkaian dalam keadaan modus operasi,
bila masukan Pre=Clr=0
Gambar g.1 Rangkaian dan Tabel
Kebenaran R-S Flip-flop Terdetak dengan Preset dan Clear
h.
D flip-flop terpicu-sisi (Edge-Triggered)
D flip-flop jenis ini secara normal dalam
keadaan mode memori baik klok pada logik 0 maupun pada logik 1. Hanya ada satu
interval waktu yang sangat pendek yang dapat mengubah keadaan keluaran, yaitu
masa perubahan dari 0 ke 1, atau perubahan dari 1 ke 0. Flip flop jenis ini
hanya merespon pada sisi naik atau sisi turun dari sebuah bentuk gelombang masukan,
selain itu D flip flop selalu dalam keadaan mode memori.
Gambar h.1 Simbol dan Tabel Kebenaran
D Flip-flop
i.
JK
flip-flop
Untuk mengatasi keadaan keadaan
terlarang pada rangkaian S-R flip-flop, karena pada keluaran terdapat
penyimpangan dari definisi flip-flop pada saat masukan R=S=1, dapat dilakukan
modifikasi pada masukan S dan R. Modifikasi dilakukan dengan cara masukan S
dihubungkan dengan keluaran Q’ dan J lewat AND, dan masukan R dihubungkan
dengan keluaran Q dan K lewat AND, sehingga diperoleh rangkaian flip-flop yang
mempunyai masukan S=J.Q’ , dan masukan R=K.Q. Rangkaian dalam konfigurasi ini, dikenal
sebagai JK flip-flop.
Gambar i.1 Rangkaian dan Tabel
Kebenaran J-K Flip-flop yang Dibentuk dari R-S Flip-flop dan Gerbang AND
Pada rangakaian JK flip-flop, keluaran
Q = Qt-1 bila klok Clk=0 dan masukan J dan K sembarang. Keadaan keluaran Q=Q
t-1 ini juga terjadi bila masukan J=K=0 dan klok=1. Keadaan Q=Q t-1 , artinya
keadaan keluaran Q tetap seperti keadaan sebelumnya, atau dengan kata lain
disebut keadaan memori. Bila masukan J merupakan inversi dari K, maka setelah
klok, keluaran Q selalu sama dengan masukan J. Dan bila masukan J=K=1, maka
setelah klok, keluaran Q=Q’ t-1 yang artinya keluaran Q merupakan inversi dari
keluaran keadaan sebelumnya. Keadaan yang perlu diwaspadai dalam hal J=K=1,
adalah keadaan klok=1 yang terlalu lama.
Bila keadaan ini terjadi keluaran rangkaian
menjadi tidak stabil, karena keluaran akan selalu berganti dari keadaan yang
satu ke keadaan yang lain (race around condition). Agar keadaan tidak stabil
ini tidak terjadi lamanya waktu klok=1 (periode pulsa = Tp) diusahakan harus
lebih kecil dari lamanya waktu tunda (Td) rangkaian, dan Td harus lebih kecil
dari perioda klok (T), atau dapat diformulasikan periode pulsa Tp < Td <
T.
Gambar i.2
simbol J-K Flip-flop
Tidak ada komentar:
Posting Komentar